Siaran Pers : GreenFaith Bangun Kesadaran Komunitas Agama di Indonesia Beraksi pour Keadilan Iklim

Krisis iklim yang melanda dunia saat ini, membutuhkan lebih lagi lagi orang-orang and an organisasi yang peduli, kritis, et dapat mengambil peran pour mencegah laju kehilangan and kerusakan alam. GreenFaith Indonesia recommande des services Formation Justice Climatique au Pelatihan Keadilan Iklim du Rabu 10 octobre 2023 à Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Lantai 6, Jakarta Pusat. Pelatihan dihadiri sebanyak 27 orang peserta beragama Islam, memiliki jaringan atau komunitas, memiliki minat pada isu perubahan iklim, memiliki komitmen pada keseluruhan proses pelatihan, and berdomisili di Jabodetabek. Nous avons commencé à travailler sur GreenFaith Indonesia, avec Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah et Eco Bhinneka.

« Seri pertama ini kita akan belajar pour memahami tentang la justice climatique itu apa, et bagaimana la justice climatique d'après la perspective de l'Islam », a déclaré Hening Parlan, coordinateur national de GreenFaith Indonesia. Il s'agit maintenant d'une communauté basée sur Kristen, Katholik, hindoue, Bouddha et Konghucu. "Sedangkan seri pelatihan kedua, seluruh peserta yang sudah mengikuti sesi pertama ini, dari semua agama akan kita kumpulkan, pour bersama-sama belajar bagaimana membangun kampanye et gerakan sosial", imbuhnya.

GreenFaith Indonesia vous offre des lignes directrices et memfokuskan gerakan mendukung transisi energi yang berkeadilan. « Kampanye membangun kesadaran terhadap energi terbarukan perlu kita mulai dari hati, maka kita punya slogan Énergie propre, cœur propre, "il a dit.

Selanjutnya materi Peradaban Islam désampikan oleh Qaris Tajudin, jurnalis yang saat ini menjabat sebagai Direktur Tempo Institute et aktif sebagai Anggota Dewan Tafkir PP Persatuan Islam. Qaris propose des peserta berkelompok pour mendiskusikan et mempresentasikan hal-hal apa saja yang memicu Âge d'or islamique. Ia juga memantik peserta berpikir kritis mengenai apa hubungan Âge d'or islamique dengan perubahan iklim. « Pour memahami perubahan iklim kita harus memahami sebab ilmiah dari semuanya. Âge d'or membuka mata manusia bahwa di balik takdir ada proses, ada sebab akibat yang kita ikuti », dit Qaris. Menuurutnya, semangat Âge d'or adalah semangat keilmuan pour bisa memahami permasalahan itu dari sisi agama.

Qaris menekankan melalui ilmu pengetahuan, peran manusia sangat besar pour mencegah perubahan iklim. Ia kemudian menjelaskan makna kata Lapin di dalam sourate Al Baqarah ayat 30 yang artinya adalah Tuhan Yang Menumbuhkan, Menciptakan, Merawat, et kata Khalifa di ayat tersebut yang berarti Pengganti, Penerus, atau Pelanjut. "Kata "pelanjut"-nya adalah pour Tuhan yang Merawat, bukan pour Tuhan yang Berkuasa, sehingga tugas khalifah di sini bukan menguasai makhluk lain, tugasnya khalifah adalah merawat makhluk lainnya », dit-il.

Pelatihan dilanjut dengan materi Pertes et dommages : Kejahatan Lintas Rezim pada Sektor Sumberdaya Alam et Lingkungan, désampaikan Direktur Eksekutif WALHI, Zenzi Suhadi. "Perubahan iklim terjadi karena terjadi perubahan ekosistem yang mengalami kerusakan permanent of sisi materials and sistem », Kata Zenzi. Perubahan éco-système est ici, Kata Zenzi, dipengaruhi oleh sistem et kebijakan politique et économique. «Kelompok yang paling rentan adalah mereka sudah kehilangan peradabannya et menghadapi sistem alam yang hancur. Sehingga tuntutan kita, bagaimana negara bisa memulihkan yang rusak and memperkuat masyarakat agar mampu menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi », terangnya.

Pour mettre en place un système écologique, Kata Zensi perlu dorongan kelompok beriman yang ditransformasi dalam sikap politik.. « Karena kehancuran yang ada berawal dari keputusan politik. Keputusan politik negara akan bisa berubah kalau ada tout tuntutan politik dari ummat », a déclaré Zenzi.

Parid Ridwanuddin de WALHI Nasional, qui s'intéresse au colonialisme et à Krisis Iklim. « Le colonialisme est un contrôle sur la situation et il satu kekuatan atas wilayah atau orang yang bergantung padanya », dit-il. Menurut Parid, le colonialisme est devenu un acteur à part entière, à la fois un acteur politique et un acteur politique. "Negara-negara penghasil emisi terbesar di dunia, Perusahaan multinasional penghasil emisi, et orang-orang kaya dunia punya tanggungjawab atas emisi yang mereka produksi", dit-il.

Sementara Nana Firman, ambassadrice principale de GreenFaith Internasional, meyampaikan materi berikutnya tentang Islam et justice climatique et il faut qu'il y ait 1 degré Celsius pendant que vous faites des recherches sur l'appareil et le kehidupan de Bumi. Karena itu Nana mengajak agar para peserta bersama dengan organisasi atau komunitasnya turut berpikir kritis and mengambil peran pour tuk mengubah sistem. « Siapa yang bertanggungjawab terhadap krisis iklim ini ? Mari kita kaji akar permasalahannya. Kemudian apa yang harus diubah ? Sistemnya yang harus diubah, mengubahnya dengan apa, jika tidak berjalan, menjalankannya bagaimana, apa alternatifnya ? ungkapnya memantik diskusi. Lebih lanjut, Nana mengajak peserta pour kembali membaca atau Iqra' Pada ajaran Al Coran et Sunnah. "Il n'y a pas de planète B. Karena Rasulullah est ainsi, Jagalah Bumi Ini, Karena Bumi Ini Adalah Ibumu. Siapa yang harus dimuliakan? Ibumu, ibumu, ibumu », dit Nana.

Il s'agit de la promotion de David Effensi par Lembaga Hikmah et du Kebijakan Publik (LHPB) PP Muhammadiyah qui a commencé à se battre pour la sécurité individuelle et la communauté. Pour votre travail, vous devrez vous attendre à ce que votre campagne soit efficace en février 2024.

Narahubung GreenFaith Indonésie

Nita Roshita (nita@greenfaith.org / 087878410107)

 

Tentang Greenfaith Indonésie

GreenFaith, une organisation multi-organisations mondiale qui s'occupe de bidang lingkungan hidup et keadilan iklim dengan pengalaman puluhan tahun menangani krisis iklim, et sebuah organisasi iklim berbasis agama, menyelenggarakan pelatihan tatap muka selama dua atau tiga hari bagi para pemimpin komunitas Muslim akar rumput foyer yang pada krisis iklim tentang pendekatan Islam terhadap keadilan iklim.

Greenfaith Indonesia (GFI) a été créé par le réseau d'organisations Greenfaith International (GF) basé à New York, en Amérique du Sud. Greenfaith a écrit en 1992, a publié Bernama Mitra pour Kualitas Lingkungan.

Misi GF adalah membangun gerakan lingkungan and an iklim multi-agama di seluruh dunia, dengan visi membangun komunitas dan ekonomi yang berketahanan and peduli yang memenuhi kebutuhan semua orang an melindungi Planet ini. GF memfokuskan pekerjaannya dalam melakukan kampanye and membangun kapasitas organisasi lintas agama and anggota jaringannya dalam konteks energi and keadilan iklim.

GF a été nommé et menyerukan tindakan yang harus diambil oleh jaringannya: Segera mengakhiri proyek bahan bakar fossil baru and deforestasi, transisi cepat menuju 100% ergi terbarukan, et penghapusan bahan bakar fossil secara bertahap. Serta komitmen terhadap transisi yang adil bagi pekerja yang terkena Damak et komunitas yang rentan terhadap perubahan iklim.

Siaran Pers : Umat Beragama Menagih Keadilan Iklim
Siaran Pers : Umat Beragama Menagih Keadilan Iklim

Jakarta, 25 janvier 2024. Bekerjasama dengan Sekolah tinggi Filsafat and Teologi Jakarta, GreenFaith Indonesia a commencé à utiliser le groupe de travail de la communauté berbasis contre Kristen et Katolik, 25 janvier 2026. Il a été publié par le rektor STFT...

En savoir plus